“teng teng teng”
Suara tiang
listrik berbunyi seperti biasanya, tepat pukul 12 malam suara itu menggema di
komplek perumahan yang selalu sepi. Gonggongan anjing rumah bernomor 13 juga
yang tidak mau kalah. Aku masih berjalan dengan keberanianku. Seorang diri. Suara
jangkrik malam semakin membuktikan betapa sepinya malam ini. Sebenarnya tidak
biasanya perumahan se-sepi ini, kadang terdengar suara pertengkaran suami istri
di rumah nomor 6 blok M. Tapi tidak untuk malam ini, rumah itu kosong. Aku masih
tidak mengerti kenapa orang itu menempatkan di tempat seperti ini walaupun
begitu aku tetap bersyukur. Sepanjang jalan tidak ada tanda-tanda manusia,
kecuali diriku. Aku terus memantapkan langkahku ketika melewati kebun pisang
disampingku. Lampu sorot yang ku pegang menerangi seluk pepohonan besar
didepan. Aku terus berjalan.
Aku sadar, aku tidak
boleh berjalan dengan pikiran kosong. Malam ini membiusku dengan anginnya yang
kencang. Seragam malam yang kupakai tidak mampu menahan, seperti menusuk. Anehnya
keringat mengalir di pipi, mungkin kepalaku gerah dengan topi yang selalu
kupakai setiap malam. Bertuliskan satpam. Aku terdiam di tempatku berada, dari
sini aku bisa melihat setengah isi perumahan, karena aku berada didataran
tinggi. Dari jauh aku melihat seperti bayangan, ah sudahlah mungkin saja itu
bayangan pohon yang kena angin saja. Aku terus memantau.
“ten teng teng
teng”
Suara itu muncul
lagi, aku semakin heran bersamaan bayangan satu jam yang lalu. Tapi ditempat
yang berbeda? hmm, mungkin saja itu yang lainnya. Aku terus berjaga agar
semuanya aman terkendali, tidak ada keributan, tidak ada yang kecolongan, dan
tidak ada yang di rugikan. Mataku harus jeli dengan semuanya yang ada di
perumahan ini, bayangan tadi terngiang di pikiranku. Malam semakin larut, kopi
panas menemaniku di pos ronda. Sesekali orang pulang kerja melewati pos dan aku
menyapanya. Daripada diam dan bosan, aku kembali jalan – jalan mengitari
perumahan. Seperti biasa, tidak ada kehidupan sepanjang jalan. Aku baru ingat
aku belum berjaga di blok G yang harus menanjak bila kesana. Itung – itung olahraga
malam melewati jalanan menanjak pikirku. Langit malam ini sangat kelabu, awan
menutupi bulan yang biasanya menerangi jalan. Terlihat burung hantu terbang
seperti membelah angin kencang, tiba – tiba bulu kuduk serasa berdiri. Hmm,
mungkin hanya perasaanku saja. Oh iya, hari ini adalah jumat. Aku terus
melanjutkan perjalananku ke blok K.
Daripada tidak ada
kerjaan aku dengarkan musik saja, sambil berjaga – jaga. Burung hantu tadi
keren sekali, andai aku memilikinya.
“teng teng teng
teng teng”
Suara yang sama
satu jam dan dua jam yang lalu. Padahal aku sedang mendengarkan musik, kenapa
masih terdengar? Aneh. Aku curiga dan beranjak dari tempatku sebaiknya aku
berjalan – jalan dari kerumunan ini.
Hoaaahh...
akhirnya sampai juga di blok K lumayan juga nanjaknya pikirku. Semakin terasa
hembusan angin malam ini. Bulu kudukku tidak berhenti berdiri sejak tadi aakkhh
cuek sajalah aku melihat – lihat sekitar rumah – rumah besar terpampang di
pinggir jalanan, ternyata disini masih sepi belum ada yang membeli apa mungkin
baru yah? Sepertinya sih. Aku lanjutkan perjalanku. Selama perjalanan aku
merasa seperti ada yang melihatku dari arah jendela rumah, kadang aku
memberanikan diri melihat balik tetapi tidak ada apa – apa. Di zaman modern
gini gak mungkin ada setan, udahlah aku tidak memperdulikannya. Aku masih
mencari bayangan tadi dan darimana suara itu muncul. Sial! Pasti ada yang aneh
di sekitar sini, tapi mengapa yang lain tidak ada yang menyadari? Apa hanya aku
saja?
“lalala syalalala”
Haahhh! Suara itu?
Dari arah sana. Aku akan tangkap keanehan ini, lihat saja! Aku lihat sekeliling
tapi belum mendapatkan apa yang aku mau. Aku saat ini berada di tempatku semula
masih belum ada hal – hal yang aneh terjadi. Tapi suara nyanyian masih
menggema. Meskipun malam ini sangat ramai entah kenapa suara itu terdengar
jelas di telingaku. Ah, suara itu hilang hmm aku melihat bayangan dari arah
yang lumayan jauh, siapa itu?
Seram juga, rumah –
rumah disini kosong semua, pikirku. Pasti ada penunggunya karena mitosnya kalo
ada rumah yang kosong pasti ada makhluk halus didalamnya. Pikiranku jadi kalut,
aku ketakutan. Aaaaa!!! Aku sedikit teriak karena terkejut, sekilas aku melihat
bayangan besar di ujung jalan, ah mungkin halusinasiku saja lebih baik aku
kembali ke pos. Dengan rasa takut aku kembali jalan ke pos. Bayangan yang tadi
aku lihat semakin mendekatiku, aku masih tidak bisa melihat perwujudannya. Aku bersiap
dengan peganganku, jaga – jaga kalo dia tiba – tiba menyerang. Semakin kesini
wujudnya semakin jelas, aku penasaran. Bulu kudukku semakin tegang berdiri,
sebentar lagi aku akan melewati dimana bayangan besar itu muncul. Aku terus
memegang tongkat satpam dengan erat. Perasaan seperti ada yang melihat tidak
kunjung pergi, bahkan bertambah parah ketika aku berbalik seperti ada yang
mengikutiku tetapi hanya gelap dan suara angin. Keringatku jatuh tidak karuan,
sial padahal malam ini anginnya kencang apa karena setan yaahh? Kaki rasanya
ingin lari sekencang – kencangnya, tapi apa daya terasa berat untuk melangkah,
aku ketakutan sekali. Sepertinya aku salah mengunjungi blok K.
Aneh, kenapa ada
anak kecil yang bermain di kaki bayangan itu? Aku yakin pasti dia si pengganggu
itu. Hahaha rasakan saja kalo memang benar. Andaikan perjanjian lama itu tidak
kau langgar pasti aku dan teman – temanku tidak akan berprilaku seperti itu. Hmm,
tapi apakah benar dia si pengganggu? Ah iya, aku ingat di saat seperti ini
lebih baik jangan takut. Karena kalo semakin takut maka akan semakin jadi. Huft,
baiklah kalo begitu sebaiknya aku memberanikan diri! Ayooo penunggu disini aku
tidak takut dengan kalian. Aku yakin dengan keyakinanku, aku tidak takut!! Haahh??
Bayangan itu hilang kemana perginya dia? Ah! Aku kehilangan, tidak, aku yakin
dia masih disekitar sini semua yang kulihat sekeliling, tidak nampak bayangan
itu. Perlahan tapi pasti, aku melewati tempat dimana bayangan besar itu muncul.
Ternyata benar, dalam menghadapi hal seperti ini tinggal perlu menunjukkan
keberanian. Keringat yang mengalir tidak lagi banyak, aku lega. Tetapi rasa takut
menghampiri lagi, perasaan yang tidak enak itu muncul. Aku masih melihat
sekitar kenapa bayangan itu hilang? Aku membalikkan badan dan itu dia bayangan
tadi. Sial, aku tidak akan kehilangannya lagi akan ku kejar dia. Aku membalikkan
badan ke tempat tadi dan bayangan besar itu seperti melayang mengejarku!!!! Aaakkhh!!!!
Keberanianku sudah habis, langsung saja aku lari sekencang – kencangnya dari
bayangan besar itu. Sungguh aku takut sekali, kalaupun teriak tidak mungkin
diriku ini teriak malah akan mengganggu orang – orang perumahan. Sebaiknya aku
terus berlari saja sampai ke pos.
Sial!!! Bayangan itu
juga lari, bahkan larinya sangat kencang. Aku tidak boleh kalah akan kutangkap
kau sebelum keluar dari jangkauanku. Hah hah hah, aku terus berlari tidak mau
melihat kebelakang. Masih ada beberapa blok lagi hingga aku sampai ke pos, sial
kenapa terasa lama sekali. Aakkhh!! Kenapa tidak terkejar bayangan itu, dikit
lagi dia akan keluar dari jangkauanku. Aku harus meningkatkan kecepatan. Aahhh,
aku lega pos sudah terlihat aku melihat sepintas dari kaca mobil bayangan besar
itu tepat berada dibelakangku! Gawat aku akan tertangkap. Yaakk, sedikit lagi
kakinya akan berada di genggamanku. Akhirnya aku sampai juga di posku, aku
melihat balik dan ternyata tidak ada apa – apa mungkin saja sudah tidak ada
lagi bayangan besar itu. Tidak lama kemudian adzan shubuh berkumandang, aku
siap – siap untuk membuka portal – portal yang sebelumnya aku gembok. Setelah itu
aku kembali kerumah untuk istirahat.
Aku terbangun dari
tidurku, aku teringat ada sesuatu yang tertinggal di pos. Baru keluar rumah aku
merasa sepi sekali di lingkungan rumahku. Setiap langkahku jalan seperti ada
yang janggal, kaki kiriku terasa sedikit berat. Seperti ada yang menggenggam. Hmm,
apa mungkin karena lari semalem yah? Sudahlah lupakan saja.
merinding-merinding gimana gitu...
ReplyDelete