Senja memandang dalam Lintang. Ada rasa terpendam yang sulit di deskripsikan. Senja merasa bodoh, apakah perasaaan ini hanya dia yang memiliki? Ingin rasanya dia bertanya "Lintang, apakah kau merasakan perasaanku?" Pertemuan mereka di bangku dekat danau itu seperti bisa dibilang takdir. Sore ini cuaca sangat cerah, cahaya sore dapat dirasakan langsung oleh kulit. Siluet pohon tercipta di pinggiran danau. Dua Insan sedang duduk bercerita penuh canda tawa tiba - tiba senyap oleh sebuah pertanyaan "Lintang, apakah kamu merasakan perasaanku?" Lintang diam saja menerima pertanyaan itu, senja masih terus menatap mata Lintang yang melihat kebawah. "Hahahaha" Lintang bingung dengan sikap Senja yang tiba - tiba tertawa "Aku tadi nanya apa yaa? Udah lupain aja tang hehehe" Suasana kembali cair. Seharusnya aku tidak menanyakan itu batin Senja.
Seminggu kemudian
Senja terkejut, Lintang sudah mempunyai kekasih. Selama ini Lintang tidak pernah bercerita tentang kekasihnya itu, Senja terlihat sedih. Seperti biasa sore hari dia akan ke bangku dekat danau. Tidak lama kemudian Lintang datang memanggil Senja. Segera Senja mengusap air mata dipipinya sebelum terlihat oleh Lintang. "Hai Senja, loh kamu kenapa? Kok matanya merah, nangis?" "Ah, engga kok. Tadi abis kelilipan debu tang hehehe" Seperti biasa mereka bercerita satu sama lain. Tapi ada rasa yang mengganjal hati Senja. Rasa sakit bercampur aduk dengan rasa senang yang terpaksa dibuat saat ini. Sebuah cinta yang masih terkunci di hati yang tulus. Rapat. Akhirnya Lintang bercerita tentang kekasihnya dalam hati Senja. Kerapuhan hati senja semakin lebar, seperti pisau menyayat ketika nama kekasihnya Lintang muncul. Sangat berbeda dengan raut wajah Senja yang saat ini antusias dan bahagia mendengar cerita Lintang. Senja bersyukur matahari mengakhiri hari ini. Mereka pulang kerumah masing - masing.
Mimpi aneh selalu datang ketika Senja tidur. Dia selalu terbangun dan kemudian menangis. Senja tidsk pernah cerita kesiapapun bahkan Lintang. Satu tahun berlalu, Lintang kini tidak lagi bersama kekasihnya itu. Tapi selalu Lintang bercerita tentang kekasihnya itu ke Senja. Lintang tidak tahu bagaimana perasaan Senja selama ini, rasa terpendam yang berusaha menyeruak ke luar. Semakin memaksa keluar ketika bersama Lintang. Bulan kembali menampakkan dirinya. Malam yang panjang kembali dialami Senja, mimpi aneh itu belum berhenti. Senja seperti disiksa.
Mendung menyombongkan dirinya diatas sana. Senja dan Lintang masih terjaga dibangku dekat danau.
"Hai Senja, tidak terasa yah sudah lama kita bersama"
"Iya Lintang"
"Kamu tahu, semenjak aku putus dengan Diana. Aku merasa aneh"
"Merasa aneh kenapa?"
"Aku juga tidak tahu. Perasaan aneh ini muncul apabila kita sedang berdua dan rasa yang lain lagi muncul ketika kita berpisah"
"Hmm, menurutmu rasa apa itu?"
"Tidak tahu"
Suasana diam, hanya suara angin kencang dan petir. Perlahan air jatuh dari atas, semakin lama semakin banyak. Deras.
Senja dan Lintang mencari tempat berteduh. Ketika berlari Lintang menggenggam lengan Senja untuk tidak ketinggalan. Kembali muncul rasa campur aduk, kali ini tidak seperti satu tahun yang lalu. Rasa yang membuat dia bahagia dan menciptakan sebuah senyuman akan momen ini. Hari ini pasti tidak akan dilupakan Senja. Malam hari, Senja terbangun karena mimpi mengerikan tentang Lintang, meskipun samar - samar. Langsung saja ia SMS Lintang. Tidak lama kemudian ia tenang karena SMS balasan dari Lintang yang sedang mengerjakan tugas. Malam berikutnya, mimpi itu datang lagi mimpi yang sama tentang Lintang dan semakin jelas.
"Lintang, kamu percaya mimpi bisa menjadi kenyataan?"
"Ha? Kok bertanya seperti itu?"
"Tidak apa - apa. Besok kamu jadi ke Bandung?
"Iya jadi dong Senja, kan lombanya besok"
"Oh.."
"Ada apa memangnya?"
"Tidak ada apa - apa"
"....."
"Tentang rasa yang pernah kamu ceritakan. Apa kamu sudah tahu apa itu?" Tanya Senja
"Hmm, aku masih tidak tahu. Tapi aku menyukainya"
Senja hanya tersenyum mendengar itu. Malam hari mimpi itu datang kembali kali ini sangat jelas. Mimpi mengenai Lintang. Di Kilometer 97 Cipularan, sebuah mobil travel hancur akibat tabrakan keras. Sudah tidak mungkin ada yang selamat. Didalamnya ada seseorang yang Senja kenal. Suara yang memanggil itu dia tahu suara ini, Senja mencari sumber suara itu. Suara itu datang dari tubuh yang berlumuran darah. Senja semakin mendekat, penasaran melihat wajahnya....... LINTAAANGGGG!!!! Teriak Senja. Senja langsung menghampiri Lintang yang berlumuran darah. Air mata turun deras di pipi Senja.
"LINTANGG!! KENAPA JADI BEGINII!! TOLOOONGGGG TOLOOOOOONGGGG!!!!!"
"Senja, sudah tidak perlu minta tolong" Senyum mengembang di wajah Lintang yang sudah tidak karuan.
"Lintangg!!! Kamu tidak boleh pergiiii, tidak boleeehhh!!!!!!!" Ledakan tangis Senja membahana di jalan
"Senja, aku sudah tahu rasa apa yang selama ini aku rasakan. rasa yang membuat aku bahagia ketika bersama kamu."
"Sudah Lintang, kamu jangan banyak bicara. Aku harus membawa kamu ke rumah sakit."
"Sudah tidak mungkin Senja, aku hanya ingin memberitahu rasa apa yang selalu aku rasakan. Aku yakin sekali ini tidak salah. Rasa itu adalah, Cinta. Rasa cinta ini memberitahuku bahwa kamulah orang yang tulus mendengar semua ceritaku, setia bila aku sedang dalam kesusahan, kamulah orang yang tepat untuk menaruh rasa cintaku ini. Aku mencintaimu Senja"
Senja kaget mendengar kata - kata itu. Dari semua puisi yang pernah dia baca. Ucapan dari mulut Lintang selalu berada diatas. Seketika kata - kata itu membuat Senja bahagia.
"Bukan saatnya mengatakan hal ini Lintang! Kamu tidak lihat keadaanmu sekarang?!!"
"Senja, apa kamu mencintaiku juga?"
"Lintang... Sebelum rasa itu hadir di dirimu. Dia sudah hadir pada diriku terlebih dahulu. Sudah lama aku menunggu kamu mengucapkan hal ini"
Lintang tersenyum mendengarkan hal itu kemudian ia menutupkan matanya dan ada ucapakn kecil dari mulutnya.
"Terimakasih Senja"
"LINTANGG!!! LINTANG KAMU TIDAK BOLEH PERGIII!! LINTAAAAAANGG!!!!!!!"
Senja terbangun dengan keringat di wajah. Mimpi itu terasa seperti nyata. Matahari sudah ada diatas. Dia melihat Handphone dan ada SMS dari Lintang
Doain aku yah Senja supaya aku menang lomba. Oh iyaa setelah dari Bandung aku ingin menyampaikan sesuatu ke kamu, aku sudah tahu rasa apa yang selama ini aku rasakan bila bersama kamu. Pokoknya kamu harus tahu apa rasa itu. Sampai berjumpa lagi yaaaa. Wait me yaps ;)
Senja menaruh Handphone dengan pasrah. Air mata kembali mengalir, hanya doa keselamatan yang diucapkan Senja saat ini. Ia menyesal kenapa tidak bangun lebih awal agar bisa mencegah Lintang untuk tidak pergi ke Bandung. Semua sudah terlanjur
-Fiksi
hiks nangis terharu *ngambil tissue. hiks hiks komen back y
ReplyDeletehai kakak, visiting pertama nih :D mau kasih komentar buat cerpennya aja, konsep ceritanya udah bagus :) tapi kurang dalem kak, feelnya kurang dapet. alurnya juga kecepetan. but so far, udah bagus kok:)
ReplyDeletehai adik yang imut imut. wah feelnya kurang dapet yah huhuhu, sip makasih kritik dan sarannya :D
Deletesemoga di kiloeter 97 ga ada apa apa. lintang berhutang sesuatu pada senja. mending senja cari pacar dulu, sebelum ditinggal lintang ke bandung :p hehehe biar dia ngak ngerasa begitu kesepian ntar
ReplyDelete