Bau pesing semakin menyengat. Ada air mengalir dari atas kepalaku. Sial bocah itu tidak pernah jera. Aku terus maju. Tidak peduli sorakan mereka. Kembali kepalaku tertunduk. Jalanan berlubang menyandung kakiku. Seperti merelakan kepergianku. Sorakan itu semakin kencang.