Pada suatu ketika, gue disuruh me-resume sebuah buku karangan dosen gue yaitu buku reportase dan produksi berita televisi selengkapnya bisa dilihat di blog doi klik disini
Berikut gue suguhi beberapa isi dari bukunya.. monggooooo~
GRAND
OPENING
Perkembangan
globalisasi yang sangat pekat membuat teknologi menjadi tumpuan manusia untuk
hidup khususnya dalam berkomunikasi. Sebut saja teknologi yang sangat mutakhir
saat ini yaitu Televisi. Televisi memiliki pengaruh yang signifikan bagi
penggunannya. Komunikasi massa pun mudah diciptakan dengan media yang
berteknologi canggih. Dampak dari kemunculan media komunikasi massa ini
sifatnya menggelobal. Bisa dilihat dari model Post-Teror melalui media. Ketika gedung WTC runtuh semula hanya
indivdu-individu disana yang terlibat dan mengalami ketakutan akan terorisme.
Tetapi saat media massa memainkan perannya, seluruh dunia akan tahu sajian
berita yang diberikan akan memaksa audiens untuk berpikir bahwa itu ulah dari
perbuatan terorisme. Realitas sosial yang berkembang pesat saat ini memungkinan
media memiliki peran yang besar. Program – program dalam televisi secara kasat
mata telah mengatur perilaku kita dimana yang dulu diatur oleh adat istiadat
tradisional. Jadi yang penting dari komunikasi massa yaitu dari medianya
sendiri. Bagaimana media itu menayangkannya. Ibarat orang yang pesakitan dia
akan menerima suntikan jika memang bisa kembali sehat.
MEDIA
TELEVISI
Ada
3 dimensi penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi. Pertama adalah
tingkat observasi, kedua adalah kesengajaan, dan yang ketiga yaitu penilaian
normatif. Ketiga dimensi itu menjelaskan secara akurat keberadaan ilmu
komunikasi masa kini. Televisi muncul di Indonesia ketika Indonesia menjadi
tuan rumah penyelenggara Asian Games IV. Hanya ada satu stasiun televisi saat
itu yaitu Televisi republik Indonesia
(TVRI). Selanjutnya televisi swasta hadir untuk berperan dalam komunikasi massa
di Indonesia. Kemunculan yang terus berlangsung itu diimbangi dengan teknologi
dan inovasi yang baru. Sehingga terjadi persaingan didalamnya. Khalayak lah
yang menjadi acuan perusahaan televisi untuk membuat acara yang dapat diterima
oleh masyarakat. Gonjang – ganjing yang terjadi di “dapur” stasiun televisi
kita menimbulkan kegelisahan dalam pengelolanya, ada tiga alasannya yaitu;
pertama dari sisi hardware, kedua
adalah software, dan terakhir adalah brainware. Ketiganya itu adalah penentu bagi stasiun
televisi untuk mendapatkan respon dari khalayak untuk menerima pesan yang
ditayangkan dari media televisi. Idealisme juga menjadi garis besar bagi media
sebagai pengawas terhadap kebijakan pemerintah dan perilaku masyarakat. Model
Realitas Televisi bisa menjadi penyimpulan atas idealisme diatas. Aspek
sejarah, membuktikan berdirinya media televisi yang berkaitan dengan teknologi
dan padat modal. Filosofis, media televisi juga memiliki “agama” yang benama
metafora. Realitas Sosial, bukan hanya saluran yang menyebarkan informasi ke
seluruh dunia, televisi juga perantara untuk menyusun agenda dan memberitahukan
hal – hal penting bagi manusiahingga selanjutnya menjadi saluran interaksi dari
berbagai kegiatan komunikasi.
JURNALIS
TELEVISI
Profesi
sebagai jurnalis harus memiliki kesiapan jasmani maupun rohani. Tidak hanya
harus memahami aspek tentang jurnalisme tetapi juga pengetahuan yang lain.
Dibandingkan dengan pekerjaaan lain jurnalis memiliki etos kerja yang sangat
berbeda, tidak ada istiliah pesimistis dan pergerakannya tidak terbatasi ruang
dan waktu. Kepekaan humanisme (soft skill)
juga haru dimiliki oleh jurnalis. Diantara jurnalis, polisi, dan peniliti
hampir mirip jalan kerja mereka tetapi hanya terdapat perbedaan dengan kata
kunci “media” dan “tujuan”, disitulah keunikannya cara kerja mereka sama tapi
media yang digunakan dan tujuan masing-masing berbeda. Ketika kita menjadi
jurnalis televisi ada beberapa hal penting yang harus dimiliki olehnya agar
ketika terjun ke lapangan tidak akan mendapatkan kesulitan. Berwawasan, multi
terampil, kreatif, passion, dan
menjaga nilai etis. Semua itulah bekal yang harus dimiliki oleh jurnalis karena
dengan itu ia akan menjalani pekerjaannya secara lebih profesional.
BERITA
TELEVISI
Tentu
saja berita sudah tidak asing bagi kita. Berita bisa didapat sehari-hari
berhubungan dengan realitas kita. Sebuah berita jika kriteria, syarat, kategori,
dan objektivitas fakta terpenuhi sudah termasik memiliki nilai berita yang
tinggi. Rincian dari semua itu bisa dideskripsikan dengan beberapa unsur
masing-masing, yaitu: Kedekatan Psikologi
(Proximity), Kedekatan Geografis, Relevansi (Relevance), Keterbaruan
(Immediacy), Daya Tarik (Interest), Drama, dan Menghibur (Entertainment). Jika kita melihat uraian diatas maka
nilai berita menjadi relatif bagi pembaca atau khalayak. Bisa saja pembaca A
berita anu memiliki nilai beritang yang tinggi berdasarkan faktor aktualitas.
Sebaliknya pembaca B menilai nilai berita anu itu kecil dari faktor lain.
Tetapi para jurnalis juga sudah menentukan semuanya sebelum akhirnya disebarkan
ke media massa. Lain halnya dengan berita cetak, berita televisi biasanya lebih
lengkap dan banyak diminati oleh khalayak. Karena ada ilustrasi dan audio
visual yang aktual. Sehingga berita yang disuguhkan lebih berwarna dan memiliki
nilai lebih. Efek – efek musik juga bisa mempengaruhi isi berita, kadang pula
perlu dilakukannya dramatisasi agar berita itu seperti harus disimak karena
bila tidak disimak akan tertinggal jauh.
PERSIAPAN
REPORTASE
Sebagai
jurnalis kita harus paling terdepan jika peristiwa terjadi atau ketika
narasumber menyampaikan pendapatnya. Ada tiga cara jurnalis untuk menjangkau
lokasi peliputan, yaitu: mandiri,
semi-embbeded, embbeded. Dalam prosesnya jurnalis akan menyiapkan beberapa
pertanyaan untuk narasumber dan pertanyaan itu hari mengandung unsur 5W+1H.
Intinya adalah enam pertanyaan itu, dari ke enam inti pertanyaan itu nantinya
akan menjadi anak pertanyaan yang meluas. Dalam pengambilan beritanya jurnalis
juga membawa medium untuk membantunya ketika reportase misalnya sound recorder, tape recorder, atau buku
catatan. Menurut Austin ada 3 jenis tindak tutur para penutur, gunanya adalah
agar jurnalis memahami pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh narasumber.
Ketiganya itu adalah Tindak Lokusi, ilokusi, prolokusi. Apabila sudah memahami
itu tahap selanjutnya adalah membuat tulisan berita dari fakta dan realitas
yang didapat dalam sebuah framing. Penulisan
berita berbentuk seperti piramida terbalik, awal adalah kepala berita yang
merupakan ringkasan fakta dari teras berita, nama jurnalis, teras berita, lalu
tubuh berita dimulai dari yang terpenting sampai ke yang tidak penting.
Selanjutnya diserahkan kepada redaksi.
AWAK
ENG & VIDEO EDITOR
Perlu
diketahui secara struktual, reporter menempati kasta terendah di antara para jurnalis televisi lainnya.
Banyak jabatan diatasnya yang lebih tinggi. Sebagai reporter, ia tidak bekerja
sendiri tetapi ditemani oleh para awak electronic
news gathering (ENG), keduanya ini tidak bisa dipisahkan, ibaratnya mereka
itu sudah dikawinkan sehingga sehidup sematipun tetap bersama. Awak ENG ini
yang bertugas memegang kamera dan mengoperasikan alat agar terciptanya suatu
berita. Sebagai awak ENG ia harus tahu betul dengan peralatannya karena butuh
keterampilan untuk menjalankannya apalagi dengan istilah-istilahnya seperti pan-left atau pan-right, tilt-up atau tilt-down, track-left atau track right,
zoom-in atau zoom-out, dan masih banyak lagi. Ketika proses rekaman sudah
selesai hasilnya akan di kasih oleh video editor. Dibandingkan dulu sekarang
pengeditan berita lebih mudah karena sudah ada software yang mendukung. Tetapi
apakah reporter juga harus memahami berbagai istilah tata bahasa gambar dan
sebagainya? Kenapa tidak? Karena keberadaan kita tidak melulu menjadi reporter
kan, dengan tahunya asal usul itu secara tidak sadar kita telah memiliki
kemampuan dalam mengoperasikan peralatan tersebut dan bisa membahas seperti apa
hasil berita yang mau di siarkan.
BAHASA
TELEVISI
Tanpa
bahasa kita akan sulit berkomunikasi. Dari bahasa itu akan menimbulkan
perbedaan-perbedaan kecil seperti dialek, logat, atau aksen. Dalam dunia
pertelevisian muncul istilah-istilah dimana selalu digunakan oleh orang yang
berada dibidangnya. Contohnya di dunia televisi seperti, as live,intro, slug, teleprompter, dll. Berita-berita untuk
televisin dapat dikemas dengan berbagai macam format seperti package, voice over ,sound on tape, live on
tape, dan lainnya semua itu terdapat istilah-istilah bahasa dalam dunia
televisi. Berikut ciri-ciri berita televisi, yakni: menggunakan kalimat
bercerita, menghindari penggunaan kata sifat, menghindari penggunaan anak
kalimat, dan penulisan angka dibulatkan ke jumlah terdekat. Itu adalah sebagian
dari ciri-ciri berita televisi.
Comments
Post a Comment