Bau pesing semakin menyengat. Ada air mengalir dari atas kepalaku. Sial bocah itu tidak pernah jera. Aku terus maju. Tidak peduli sorakan mereka. Kembali kepalaku tertunduk. Jalanan berlubang menyandung kakiku. Seperti merelakan kepergianku. Sorakan itu semakin kencang.
Tomat melayang - layang di telingaku. Mereka sibuk melempar - lempar. Satu tujuan. Aku.
Selamat datang dari hening. Dingin juga menyambutku. Aku berkenalan lagi. Mulai beradaptasi. Semuanya baru. Tapi tidak dengan diriku. Lubang celana masih menganga. Rambut berkutu berwarna coklat masih menempel di kepalaku. Baju setengah badan masih melekat. Aku terus melangkah. Untuk disoraki.
Comments
Post a Comment