Percuma aku meraung didalam kepala
Bila nyatanya ucapan di mulut yang dibutuhkan
Hanya memakan jantung yang berlumur darah
Pahit dan amis tapi harus habis
Ketika nyali berontak dengan hati
Aku hanya diam menunggu hasil
Siapakah yang menang
Maka aku seperti kerbau yang dibajak
Menurut dan menunduk
Apakah aku harus menunggu
Keajaiban datang?
Seperti bualan dongeng dahulu kala
Hanya anak - anak yang senang dibuatnya
Bodoh
Keputusan terasa sulit dicari
Atau aku yang malas mencari
Apakah ada yang lebih penting?
Dibandingkan semua ini
Entahlah, mungkin ragaku belum siap
Atau aku menutup kebohongan?
Dari jiwa yang lama tidur ini
Aku yang takut dia bangun
Bangun dengan rahasia umum yang tersebar
Sekarang aku pengecut layaknya ayam
Tinggal menunggu waktu
Kapan dia akan turun tangan
Berdiri dari tahtanya
Yang tidak akan tergantikan
Kini aku memaksa dia
Mencoba membangkitkannya
Bila nyatanya ucapan di mulut yang dibutuhkan
Hanya memakan jantung yang berlumur darah
Pahit dan amis tapi harus habis
Ketika nyali berontak dengan hati
Aku hanya diam menunggu hasil
Siapakah yang menang
Maka aku seperti kerbau yang dibajak
Menurut dan menunduk
Apakah aku harus menunggu
Keajaiban datang?
Seperti bualan dongeng dahulu kala
Hanya anak - anak yang senang dibuatnya
Bodoh
Keputusan terasa sulit dicari
Atau aku yang malas mencari
Apakah ada yang lebih penting?
Dibandingkan semua ini
Entahlah, mungkin ragaku belum siap
Atau aku menutup kebohongan?
Dari jiwa yang lama tidur ini
Aku yang takut dia bangun
Bangun dengan rahasia umum yang tersebar
Sekarang aku pengecut layaknya ayam
Tinggal menunggu waktu
Kapan dia akan turun tangan
Berdiri dari tahtanya
Yang tidak akan tergantikan
Kini aku memaksa dia
Mencoba membangkitkannya
-Depok, 17 Januari 2014
Bagus kak puisinya
ReplyDeleteTerimakasih adek :)
DeleteGood ! Gue suka. Terus berkarya kawan :)
ReplyDeleteYeah! Thanks kawan :)
DeleteMantap sob . . .
ReplyDeletesalam kenal . . .
Salam kenal jga bro
Delete